Pemkot Bogor Serius Tangani Stunting, DPRD Akan Dilibatkan Sebagai Bapak Asuh
3/19/25
Bogor, DINAMIKA NEWS – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menegaskan komitmennya untuk menihilkan kasus stunting di Kota Bogor. Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin, menekankan bahwa program ini bukan sekadar pencitraan, melainkan upaya nyata dan terintegrasi.
Komitmen ini ia sampaikan setelah menyalurkan bantuan makanan tambahan bagi anak-anak stunting di RW 6, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan pada Selasa, 18 Maret 2025.
Jenal Mutaqin tergerak untuk berkunjung ke Pamoyanan setelah mengingat dua anak kakak beradik yang mengalami stunting parah.
"Ada dua anak, usianya 23 tahun dan 18 tahun, tapi kondisi fisik mereka seperti balita lima tahun. Saat kampanye dulu, saya berjanji membantu ibunya yang menderita kanker payudara untuk mendapatkan pengobatan dan operasi gratis. Namun, saat saya datang lagi ke sini, ibunya sudah meninggal," ujar Jenal.
Temuan ini menjadi tamparan baginya, terutama setelah mengetahui masih banyak anak stunting lainnya di wilayah tersebut.
Sebagai langkah konkret, Pemkot Bogor berencana:
Menggelar rapat khusus penanganan stunting bersama seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
Melibatkan DPRD Kota Bogor sebagai bapak asuh anak-anak stunting, guna mempercepat upaya penanganan.
Mendistribusikan bantuan secara terukur, agar intervensi lebih efektif dan sesuai dengan kondisi masing-masing anak.
Dalam kunjungan tersebut, Wakil Wali Kota bersama Dinas Sosial dan BAZNAS menyalurkan bantuan berupa telur, beras, kue, dan susu bagi anak-anak stunting dan keluarganya. Namun, ia menegaskan bahwa penanganan tidak bisa hanya dengan bantuan sembako, tetapi harus melalui pendekatan medis dan gizi yang tepat.
"Setiap kasus stunting berbeda, tidak bisa diperlakukan sama. Maka dari itu, kita butuh peran Dinas Kesehatan untuk mendeteksi ibu hamil dan remaja yang berisiko melahirkan anak stunting," tambahnya.
Kepala Puskesmas Pamoyanan, Husnul Khatimah, menekankan bahwa stunting tidak hanya disebabkan kekurangan gizi sejak lahir, tetapi juga bisa terjadi sejak remaja.
"Remaja putri yang mengalami anemia akibat kurang gizi berisiko melahirkan anak stunting. Oleh karena itu, pencegahan harus dimulai sejak remaja, calon pengantin, ibu hamil, hingga bayi berusia dua tahun," jelas Husnul.
Saat ini, Puskesmas Pamoyanan telah melakukan tes hemoglobin (HB) di sekolah-sekolah, serta memberikan tablet tambah darah dan vitamin bagi remaja putri.
Dengan langkah-langkah ini, Pemkot Bogor berharap target zero stunting bisa terwujud, sehingga anak-anak Kota Bogor bisa tumbuh sehat dan memiliki masa depan yang lebih baik. (Ismet)