Leuwiliang, DINAMIKA NEWS -- Perayaan Milad ke-32 Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami (PMUQI), Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Kamis malam (26/6/2025), tak sekadar menjadi seremoni tahunan. Lebih dari itu, perhelatan yang dibalut dalam suasana khidmat dan penuh haru ini menghadirkan pesan kuat: setiap peran di pesantren layak diapresiasi.
Berlangsung di lapangan utama putra, acara ini dirangkai dengan UQI Annual Award 2025, ajang penghargaan internal yang secara khusus diberikan kepada seluruh elemen pesantren, dari santri berprestasi, guru inspiratif, hingga petugas kebersihan dan supir pribadi. Sebuah pendekatan inklusif yang jarang ditemukan dalam institusi pendidikan serupa.
Ketua panitia, Ustaz Andri Noer Zailani, menegaskan bahwa pesantren tidak bisa berjalan hanya dengan satu atau dua elemen saja. "Kami ingin tunjukkan bahwa keberhasilan pesantren adalah hasil kerja bersama. Semua punya kontribusi yang berarti, sekecil apa pun," ujarnya.
Selama ini, santri dan guru kerap menjadi wajah utama dalam perayaan semacam ini. Namun tahun ini, PMUQI memberikan panggung yang setara bagi mereka yang biasanya berada di balik layar. Mulai dari penjaga keamanan, staf kesehatan, petugas dapur, hingga wali santri yang aktif mendukung melalui media sosial, semua mendapat apresiasi dalam bentuk penghargaan resmi.
Puncak keharuan terjadi ketika Lifetime Achievement Award diberikan kepada Bapak Mad Sholeh, supir pribadi KH. Helmy Abdul Mubin, pendiri PMUQI. Dedikasi puluhan tahun beliau mengantar sang kiai dalam perjuangannya, dibalas dengan penghormatan yang tulus dari seluruh keluarga besar pesantren.
"Penghargaan ini bukan hanya simbolis. Ini bentuk cinta dan terima kasih kami kepada orang-orang yang selama ini diam-diam menjadi pondasi," ungkap KH. Saiful Falah, pimpinan PMUQI, dalam sambutannya.
Tausiyah dari Al-Habib Mahdi bin Hamzah Assegaf semakin memperkuat makna acara malam itu. Bahwa pesantren bukan hanya tempat menimba ilmu agama, tetapi juga ruang pendidikan kolaboratif, tempat setiap peran, baik di depan maupun di belakang layar adalah bagian dari ibadah kolektif.
Perayaan ini digelar tepat satu malam sebelum para santri kembali ke kampung halaman untuk masa liburan. Bagi para santri, ini menjadi penutup yang membekas. Bagi para staf pendukung, ini adalah pengakuan yang tak ternilai.
Dengan format acara seperti ini, PMUQI bukan hanya merayakan usia, tetapi juga membangun budaya apresiasi yang menyentuh seluruh lapisan. Sebuah pesan moral: dalam dunia pendidikan, tidak ada peran yang kecil jika dilakukan dengan ketulusan. (Jamil)