Upaya PBNU Membangun Sistem Pendidikan Terintegrasi
1/23/25
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf berama Rektor UGM, Prof Ova Emilia di Kongres Pendidikan NU yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (22/1/2025). |
Jakarta, DINAMIKA NEWS -- Nahdlatul Ulama (NU) telah lama menjadi wadah khidmah yang luar biasa dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Di lingkungan Nahdliyin, berbagai inisiatif pendidikan terus tumbuh secara independen tanpa menunggu arahan formal, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Hal ini disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), dalam pembukaan Kongres Pendidikan NU yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (22/1/2025).
Menurut Gus Yahya, saat ini NU memiliki aset pendidikan yang sangat besar. "Kita punya sekitar 13 ribu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sekitar 26 ribu pesantren, 15 ribu sekolah dan madrasah, serta ratusan perguruan tinggi di lingkungan Nahdlatul Ulama," ungkapnya.
Ia menekankan bahwa inisiatif pendidikan yang ada masih terpisah satu sama lain, meski jumlahnya sudah sangat banyak. Contohnya, ibu-ibu Muslimat NU yang mendirikan PAUD dan raudhatul athfal (RA) secara mandiri.
"Mereka melihat banyak anak berkeliaran, lalu mereka membangun PAUD tanpa menunggu komando dari pengurus Muslimat atau NU," ujar Gus Yahya.
Bahkan, lanjutnya, banyak dari mereka harus berjuang keras mencari dana untuk membangun infrastruktur, menyediakan tenaga pendidik, hingga bekerja tanpa gaji atau dengan gaji yang seadanya. Namun, pengabdian ini tetap mereka nisbatkan kepada NU dengan sepenuh hati. "Ini masyaa Allah, sebuah khidmah yang luar biasa," tambahnya.
Melihat kondisi ini, PBNU berkomitmen untuk membangun sistem yang dapat mengelola berbagai unit pendidikan tersebut dengan lebih baik.
"PBNU berupaya membangun desain sistem pengelolaan yang terintegrasi, agar seluruh unit pelayanan pendidikan NU dapat dimonitor, dievaluasi, dan saling terhubung," tegas Gus Yahya.
Kongres Pendidikan NU 2025 menjadi salah satu upaya konkret untuk memajukan pendidikan NU secara kolektif. Acara ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan sektor swasta, guna merancang masa depan pendidikan yang lebih baik. Selain itu, kongres ini merupakan bagian dari rangkaian acara Hari Lahir (Harlah) Ke-102 NU yang digelar oleh tiga lembaga pendidikan PBNU: Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU), Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU), dan Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU).
Dalam pembukaan kongres, turut hadir Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, Menteri Pembangunan Manusia Prof Pratikno, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Ova Emilia, serta perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia. Kongres ini dijadwalkan berlangsung hingga Kamis (23/1/2025).
Dengan upaya ini, NU diharapkan semakin mampu menguatkan perannya dalam mencetak generasi bangsa yang berkarakter, berilmu, dan berdaya saing global, sembari tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah. (**)