![]() |
Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar |
KH Miftach mengutip pesan dari seorang tokoh sufi besar,
Syekh Sahl bin Abdullah al-Tustari, yang hidup pada abad ke-9 di kota Tustar,
Iran. Syekh Sahl, seorang ulama yang dikenal dengan ajarannya tentang riyadah,
ikhlas, dan akhlak, pernah berpesan agar muridin dan salikin berhati-hati
terhadap ketertarikan berlebih kepada perempuan.
“Syekh Sahl bin Abdullah berkata, hindari dan hati-hati
terlalu condong pada perempuan. Apalagi sudah masuk pada kelompok muridin dan
salikin, kelompok istimewa, jangan banyak mikir perempuan, karena ada tugas
lain,” jelas KH Miftach.
Fokus pada Tujuan Spiritual
KH Miftach menjelaskan bahwa tujuan dari nasihat ini adalah
agar muridin dan salikin tetap fokus pada perjalanan mendekatkan diri kepada
Allah. Daya tarik perempuan, yang diakui sangat besar, dapat menjadi ujian yang
menggoyahkan seseorang dari tujuannya.
“Karena begitu besar daya tariknya, maka jangan sampai
lelaki yang mempunyai tugas besar, tugas mengemban agama, tugas menjadi
pemimpin, sampai lupa dan lalai karena terkena daya tarik perempuan,” ujar KH
Miftach.
Ia menegaskan bahwa perempuan memiliki magnet yang luar
biasa kuat. Bahkan, lelaki terkuat sekalipun bisa tergelincir oleh daya tarik
tersebut jika tidak berhati-hati. Oleh karena itu, penting bagi muridin dan
salikin untuk menjaga diri agar tidak terjebak dalam kenikmatan sesaat yang
dapat melemahkan tujuan mereka.
Godaan Syaithan dan Pentingnya Kesiapan Diri
Menurut KH Miftach, syaithan selalu mencari celah untuk
menggoda muridin dan salikin, terutama ketika mereka mulai condong kepada
perempuan. “Syaithan akan mendorong si laki-laki untuk terus mengingat
perempuan, mencintai perempuan secara berlebihan, hingga akhirnya terjebak
dalam dosa,” tuturnya.
Nasihat ini, lanjut KH Miftach, ditujukan khusus bagi lelaki
yang memiliki hati lemah dan mudah tergoda. Ia menyarankan agar muridin dan
salikin menunda mendekati perempuan hingga mencapai tingkat kedewasaan
spiritual yang membuat mereka tidak mudah tergoyahkan.
“Kalau sudah kuat, tidak mengganggu, tidak melupakan diri
dan tugas seperti para ulama, maka silakan. Perempuan itu adalah sebagian dari
tanda kekuasaan Allah,” imbuhnya.
Memuliakan Perempuan sebagai Bagian dari Iman
KH Miftach menegaskan bahwa nasihat ini sama sekali tidak
dimaksudkan untuk merendahkan perempuan. Sebaliknya, nasihat ini justru
mengajarkan pentingnya memuliakan perempuan dan menempatkan mereka sesuai
dengan derajat yang diajarkan oleh Rasulullah.
“Nabi pernah berkata bahwa orang yang mulia adalah orang
yang memuliakan perempuan. Perempuan akan melahirkan orang hebat jika
didampingi oleh lelaki yang baik,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa di zaman Rasulullah, derajat
perempuan diangkat dan dimuliakan. Namun, tetap perlu disadari bahwa perempuan
memiliki kekuatan besar yang dapat melumpuhkan bahkan laki-laki terkuat
sekalipun jika tidak berhati-hati.
Nasihat KH Miftachul Akhyar ini menjadi pengingat penting
bagi muridin dan salikin untuk menjaga fokus mereka dalam perjalanan spiritual.
Dengan memuliakan perempuan secara proporsional dan tetap menjaga diri dari
godaan, mereka diharapkan dapat mencapai tujuan hidup yang hakiki, yaitu
mendekatkan diri kepada Allah. (**)