BOGOR, dinamikanews.id — Kunjungan Wakil Bupati Bogor, Ade Ruhandi, ke Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami (PMUQI) pada Jumat (26/9/2025) meninggalkan kesan mendalam bagi keluarga besar pesantren. Usai menunaikan salat Jumat berjamaah di Masjid Jami' PMUQI dan berziarah ke makam pendiri KH. Helmy Abdul Mubin, ia secara mengejutkan menghadiahkan paket umrah gratis kepada tiga sosok terpilih: imam, khatib, dan bilal.
Tiga penerima hadiah umrah itu adalah Ahmad Gilang Rabbani, santri kelas 6 IPA 2 asal Jakarta Barat yang bertugas sebagai khatib; M. Ryaldy Prasetya, santri kelas 6 IPA 1 asal Tangerang yang menjadi bilal; serta Ustadz Muhammad Raihan, alumni angkatan ke-23 PMUQI yang memimpin salat sebagai imam.
"Perasaan saya jujur sangat senang, karena tidak semua orang bahkan yang punya banyak uang bisa umrah. Apalagi langsung dari Wakil Bupati," ungkap M. Ryaldy dengan mata berbinar. Ia sempat ingin memberikan kesempatan itu untuk orang tuanya, namun restu mereka justru meneguhkan dirinya untuk berangkat sendiri.
Hal senada dirasakan oleh Ahmad Gilang Rabbani. "Saya tidak pernah membayangkan mendapat rezeki sebesar ini. Yang langsung terlintas di pikiran saya saat diumumkan hanyalah orang tua saya. Saya merasa merekalah yang paling pantas mendapatkan panggilan ini," ujarnya dengan suara bergetar.
Sementara itu, Ustadz Muhammad Raihan, yang dipercaya menjadi imam, menyebut hadiah ini sebagai anugerah sekaligus amanah agar semakin istiqamah dalam berkhidmat di jalan dakwah.
Hadiah umrah dari Wakil Bupati Bogor bukan sekadar bentuk kepedulian personal, tetapi juga sarat dengan makna politik simbolik. Kehadirannya di PMUQI menunjukkan pengakuan pemerintah daerah terhadap pesantren sebagai pusat kultur Islam sekaligus basis sosial yang berpengaruh di Bogor.
Dengan menghadiahkan umrah, Wakil Bupati memberi pesan bahwa pemerintah dan pesantren berada dalam barisan yang sama: memperkuat ruang religius dan memperkokoh moralitas masyarakat.
Dari kacamata kultural, ketiga penerima hadiah dianggap mewakili fungsi penting dalam kehidupan umat: bilal sebagai penggerak ibadah, khatib sebagai penyampai nilai, dan imam sebagai penuntun jamaah.
Momen sakral itu ditutup dengan pesan penuh makna dari para penerima.
"Pesan saya untuk para santri dan jamaah, ketika berbuat baik jangan berharap imbalan duniawi. Ikhlas itu kuncinya, sabar itu caranya. Mungkin hadiah ini adalah balasan dari Allah atas apa yang sudah saya jalani dengan ikhlas," tutur Ahmad Gilang.
Bagi para santri PMUQI, hadiah umrah ini bukan hanya keberangkatan ke Tanah Suci, melainkan juga peneguhan bahwa ketulusan dalam berkhidmat akan selalu menemukan jalannya untuk sampai kepada ridha Allah. (Jamil)