Cibinong, DINAMIKA NEWS -- Untuk pertama kalinya setelah ratusan tahun, Mahkota Binokasih, pusaka agung Kerajaan Sunda, kembali menginjakkan tanah Kabupaten Bogor. Kehadiran mahkota bersejarah ini disambut langsung oleh Bupati Bogor, Rudy Susmanto, dalam rangkaian Kirab Panji dan Mahkota Binokasih yang digelar Senin (21/4).
Prosesi kirab dimulai dari SMK Negeri 1 Cibinong dan berakhir di Auditorium Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh kerajaan dan kesultanan Nusantara, di antaranya Radya Anom Keraton Sumedang Larang, Raden Luky Djohari Soemawilaga beserta permaisuri, serta perwakilan dari Kesultanan Banten, Riau Lingga, Pajajaran, dan Samudera Pasai.
Dalam sambutannya, Bupati Rudy menyampaikan rasa haru dan bangga atas kembalinya Mahkota Binokasih ke Bogor.
"Ini adalah pertama kalinya Mahkota Binokasih kembali ke Kabupaten Bogor. Kirab ini bukan sekadar seremoni, tapi simbol titik awal kebangkitan Bumi Tegar Beriman, Kuta Udaya Wangsa," ujarnya.
Mahkota Binokasih sendiri merupakan pusaka kerajaan Sunda yang dibuat pada abad ke-14 oleh Prabu Bunisora Suradipati dari Kerajaan Galuh. Terbuat dari emas murni seberat sekitar 8 kilogram dan dihiasi batu giok lokal, mahkota ini bukan hanya lambang kekuasaan, tetapi juga simbol martabat dan legitimasi raja-raja Sunda.
Rudy menambahkan, singgahnya Mahkota Binokasih selama satu malam di Kabupaten Bogor merupakan kehormatan besar dan menjadi momen reflektif bagi masyarakat.
"Ini adalah pengingat akan harga diri nenek moyang kita, serta jati diri masyarakat Sunda masa kini," tambahnya.
Radya Anom Luky Djohari Soemawinata dari Keraton Sumedang Larang menjelaskan, Mahkota Binokasih tidak hanya berfungsi sebagai pusaka, melainkan simbol kasih sayang, kebijaksanaan, dan identitas budaya Sunda.
"Kirab ini merupakan langkah edukatif dan reflektif dalam memperkenalkan kembali jati diri bangsa yang berakar dari peradaban luhur Nusantara," jelasnya.
Setelah prosesi kirab, acara dilanjutkan dengan sosialisasi bertema "Kepemimpinan Berlandaskan Filosofi Mahkota Binokasih", pesta rakyat, dan ditutup dengan pagelaran seni tradisional wayang golek.
Dengan kembalinya Mahkota Binokasih ke Bogor, masyarakat diingatkan akan pentingnya menjaga warisan budaya sebagai pondasi membangun masa depan yang berakar pada sejarah dan kearifan lokal. (**)