-->

Menteri ESDM Dorong Pemanfaatan Dana Danantara untuk Hilirisasi Nasional

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia

Jakarta, DINAMIKA NEWS -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengharapkan sebagian dana dari Danantara digunakan untuk membiayai investasi hilirisasi di Indonesia. Harapan ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang akan meresmikan lembaga baru bernama Danantara pada 24 Februari 2025.

"Apa yang sudah disampaikan oleh Bapak Presiden Prabowo bahwa tanggal 24 (Februari), Bapak Presiden akan meresmikan satu lembaga baru yang namanya Danantara. Beberapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) semua fokus di sana, yang insya Allah mudah-mudahan saja proposal kami, Bapak Presiden menyetujui bahwa sebagian Danantara dananya dipakai untuk membiayai investasi hilirisasi di Republik Indonesia," ujar Bahlil dalam Indonesia Economic Summit di Jakarta, Rabu.

Saat ini, pemerintah tengah fokus mendorong hilirisasi guna menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Berdasarkan masterplan yang telah disusun, investasi hilirisasi hingga tahun 2040 diperkirakan membutuhkan dana sebesar 618 miliar dolar Amerika Serikat (AS) untuk 28 komoditas di sektor kehutanan, perikanan, pertanian, perkebunan, serta pertambangan dan gas.

"Kita fokus betul-betul untuk memberikan nilai tambah dalam negeri," tambahnya.

Namun, ia menyoroti bahwa banyak pemain asing yang justru memperoleh manfaat paling besar dari hilirisasi, karena investasi dan teknologi masih banyak berasal dari bank serta perusahaan luar negeri. Oleh karena itu, Bahlil menilai bahwa perbankan nasional, seperti Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), dapat terlibat dalam pembiayaan investasi hilirisasi melalui kerja sama dengan bank asing.

Langkah ini bertujuan untuk memicu pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen, meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), meningkatkan pendapatan per kapita, menciptakan lapangan kerja berkualitas, serta menaikkan Upah Minimum Regional (UMR). Namun, ia menekankan bahwa pihak asing tidak boleh menjadi pemegang saham mayoritas dalam program hilirisasi nasional.

"Mereka punya teknologi, mereka punya pasar. Kita sudah mulai berpikir, kita punya bahan baku, dan kita punya duit. Saya jujur saja, waktu jadi Menteri Investasi itu, merayu FDI (Foreign Direct Investment) itu memang agak ngos-ngosan karena seolah-olah dianggap kita negara yang butuh mereka, dan memang kita butuh. Kalau kita mempunyai kapital yang cukup, kita mempunyai bargaining position yang kuat. Di sinilah kita bisa sama-sama untuk mengelola sumber daya alam kita," jelas Bahlil.

Dengan pertimbangan tersebut, Bahlil berharap Presiden Prabowo dapat memutuskan agar sebagian dana Danantara diinvestasikan dalam proyek hilirisasi. "Ini untuk memberikan kedaulatan bagi kita dalam memanfaatkan proses nilai tambah dari semua sumber daya alam yang ada di Indonesia," pungkasnya.(**)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel