Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Soegeng Teguh Santoso |
Sumba Timur, dinamikanews.id – Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Soegeng Teguh Santoso, mendesak Kapolda Nusa Tenggara Timur (NTT) Irjen Rudi Darmoko untuk segera membentuk tim investigasi independen guna mengusut tuntas kematian tragis Axi Rambu Kareri Toga, seorang remaja pekerja toko yang meninggal secara misterius pada 18 Januari 2024 di Waingapu, Sumba Timur.
Didampingi Sekretaris Jenderal IPW, Data Wardhana, Soegeng menilai bahwa penghentian penyelidikan oleh Polres Sumba Timur atas kematian Axi menimbulkan kejanggalan serius dan perlu ditelusuri oleh tim gabungan dari Inspektorat Pengawasan Daerah (Itwasda), Bidang Propam, dan Bagwassidik Polda NTT.
"Kami menerima banyak laporan kejanggalan dalam kasus ini. Harus ada penelusuran ulang, apalagi publik mencium adanya kedekatan oknum kepolisian dengan pihak toko tempat Axi bekerja," tegas Soegeng dalam rilisnya kepada dinamikanews.id, Senin (14/7).
Axi ditemukan meninggal dalam kondisi tergantung di kamar mandi toko CK2. Namun, keluarga dan masyarakat menolak kesimpulan sepihak yang menyatakan Axi bunuh diri. Mereka menyebut adanya tanda-tanda kekerasan seperti patahnya batang leher dan memar di wajah korban. Lebih mencurigakan lagi, posisi kaki Axi tertekuk dan baju bagian depan basah, sementara kamar mandi tidak menunjukkan adanya air yang mengalir.
Rekaman CCTV juga memperlihatkan bahwa Axi tidak membawa tali saat memasuki kamar mandi, dan beberapa rekaman CCTV lain diduga tidak pernah diperiksa oleh penyidik.
Nama mantan Kapolres Sumba Timur, AKBP Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja, yang saat itu menangani kasus ini, kini menjadi sorotan. Fajar yang sempat menyatakan bahwa kematian Axi murni bunuh diri, kini telah diberhentikan dari dinas karena tersangkut kasus pencabulan anak dan narkoba, dan tengah menjalani sidang di Pengadilan Negeri Kupang.
Diduga, Fajar memiliki hubungan dekat dengan pemilik toko tempat Axi bekerja, sehingga menimbulkan konflik kepentingan dalam penanganan perkara.
Sejumlah lembaga masyarakat, gereja, akademisi, dan organisasi kemahasiswaan tergabung dalam aliansi Aksi untuk Axi, yang sejak awal menolak versi resmi polisi. Mereka bahkan telah melayangkan pengaduan masyarakat (dumas) ke Polda NTT agar dilakukan gelar perkara khusus.
Lembaga yang tergabung dalam aliansi ini antara lain: Lembaga Peruati Sumba, WCC Sinode GKS, KomPer Sinode GKS, BPMS GKS, Sabana Sumba, Prodi Hukum Unkriswina Sumba, Yayasan Wahana, hingga pendeta GKS se-Sumba.
IPW menyayangkan sikap Polda NTT yang dinilai lamban dan kurang responsif terhadap tuntutan masyarakat. Menurut Data Wardhana, ini bertentangan dengan semangat Bhayangkara ke-79 yang mengusung slogan "POLRI untuk Masyarakat".
"Kalaupun hasil investigasi nanti tetap menyatakan Axi bunuh diri, masyarakat akan menerima jika prosesnya transparan dan akuntabel," kata Data.
IPW berharap Kapolda NTT Irjen Rudi Darmoko bersedia membuka kembali kasus ini secara profesional dan proporsional demi mengembalikan kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian. (ytm)