Diskusi Publik Pitulasan, Dedie A Rachim Beberkan Tagline BogorBeres
5/18/24
BOGOR, DINAMIKA NEWS -- Komunitas pekerja seni Trotoar Kreatif kembali menggelar Diskusi Publik bertajuk Pitulasan #4 yang digelar di Taman Malelang Kelurahan Sukasari Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor, Jum'at (17/5).
Dalam diskusi yang dipandu moderator Eko Kimung menghadirkan pembicara mantan Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, pengamat politik dari Citra Institut Yusak Farhan, Budayawan Ki Agus Prana Mulya dan pemerhati pendidikan dan juga seorang jurnalis senior Brahma Sunatha
Diskusi publik Pitulasan #4 ini mengusung tema antara identitas, perencanaan, dan lokal genius dalam kacamata Dedie A Rachim.
Pada kesempatan itu Dedie A Rachim menegaskan, bahwa Pemerintah Kota Bogor tidak bisa memuaskan semua keinginan masyarakat dan tidak bisa mewujudkan mimpi dalam sekejap.
Tapi yang terpenting, kata Dedie, pemerintah memberikan harapan kepada semua orang agar mimpi mimpinya itu bisa terwujud. Lalu bagaimana caranya ?, kata Dedie.
Caranya menurut Dedie, bagaimana bisa berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat baik dalam suatu forum maupun secara personal. "Jadi itulah yang saya lakukan selama 5 tahun menjabat Wakil Wali Kota Bogor," ucapnya.
Dedie menuturkan, ketika dirinya menjabat wakil wali kota dihadapkan oleh persoalan -persoalsn yang harus bisa diselesaikan
Dedie memberikan contoh bahwa selama 10 tahun akses jalan R3 belum bisa dilalui dan belum ada finalisasi karena persoalan administrasi, Jalan Dewi Sartika selama 30 tahun dkuasai oleh lapak PKL (Pedagang Kaki Lima).
Kemudian, sambung Dedie, selama 30 tahun Taman Topi dikuasai oleh swasta, 6 tahun persoalan Masjid Agung dan 24 tahun persoalan pasar teknik umum (TU), dan puluhan tahun persoalan jalan Inner Ring Roud (R2).
"Jadi saya diwariskan kebijakan kebijakan masa lalu. Tapi bagi saya bukan menjadi beban, namun bagaimana kita bisa mencari titik titik persoalan dan solusinya, bagaimana bisa membereskannya dan Alhamdulillah berhasil dibereskan," beber lelaki yang pernah bertugas 13 tahun di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Terkait dengan pembangunan Alun Alun Kota Bogor, Dedie mengaku dirinya pernah menerima surat tembusan dari PT Exotika pengelola Taman Topi yang meminta diperpanjang kontraknya.
"Saat itu saya bertanya ke BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah) berapa besar kontribusi Taman Topi kepada Pemerintah Kota Bogor. Ternyata, nilainya hanya Rp40 juta pertahun.. Jumlah itu sangat kecil sekali untuk pemerintah, sehingga akhirnya diputuskan dibangun alun alun," tuturnya
Selain itu lanjut Dedie, persoalan Masjid Agung Bogor yang mangkrak selama 6 tahun. Persoalan Masjid Agung kalau diusut ke ranah hukum mungkin Masjid Agung belum berdiri.
"Kita bisa saja bertindak galak menyeret kontraktornya ke ranah hukum, tapi Masjid Agung sampai 5 tahun pun tidak akan berdiri. Makanya yang datang bukan Polisi. Namun solusinya mendatangkan Komisi Keselamatan Kontruksi. Sekarang Masjid Agung sudah berdiri dengan megah dan bisa menampung 5000 jamaah. Bisa dibayangkan kalau yang datangnya polisi, bangunan Masjid Agung mungkin hingga sekarang di police line," tutur Dedie.
Oleh karena itu kata Dedie, tagline #bogorberes yang diangkat karena beberapa persoalan di Kota Bogor yang sebelumnya belum tuntas sudah bisa dibereskan. "Insya Allah kedepan persoalan-persoalan lainnya yang belum beres akan kita bereskan," tegas Dedie.
Kritik Pembicara dan Aspirasi Warga
Diskusi publik Pitulasan #4 semakin hangat ketika para pembicara menyampaikan, kritik, saran dan masukan kepada mantan Wakil Wali Kota Dedie A.Rachim yang akan maju dalam kontestasi Pilkada Kota Bogor 2024.
Jurnalis senior Brahma Sunatha menyatakan, bahwa PKL menjadi persoalan klasik yang dihadapi setiap kepala daerah di Kota Bogor. Sudah ratusan miliar digelontorkan dari APBD untuk menertibkan dan menata PKL, tapi progresnya nihil. Sementara sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan tidak tersentuh.
"Kenapa saya katakan tidak tersentuh, karena masih banyak masyarakat Kota Bogor yang mengeluh persoalan itu, "tutur lelaki yang akrab disapa Bram
Sedangkan Budayawan Ki Agus Prana Mulya mengatakan, Bogor perlu sentuhan budaya, baik dari pakaian, bahasa, kuliner, kesenian dan sebagainya, "Jadi nilai nilai kearifan lokal harus kita bangun kembali. Memang ini akan menjadi pertarungan nilai kearifan lokal dengan globalisasi, "ujar Agus
Pengamat politik dari Citra Institut Yusak Farhan menyampaikan apresiasi kepada Dedie A.Rachim yang bisa hadir diskusi publik. "Kehadiran Kang Dedie menunjukan komitmen yang kuat terhadap seni dan budaya Kota Bogor, "kata Yusak
Kalau bicara Kota Bogor, kata Yusak, Bogor kaya akan seni dan budayanya sejak jaman pra kolonial, era kolonial, sampai era modern sekarang. Makanya ketika tema diskusi publik yang mengangkat "Lokal Genius" sangat tepat dalam mengusung isu isu kebudayaan dalam menghadapi gempuran budaya budaya lain.
Diskusi publik ini semakin menarik ketika para peserta yang hadir seperti para pelaku seni, penggiat, pemerhati dan warga Sukasari diberikan kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan harapan dan keinginannya untuk Kota Bogor kedepan.
Rachmat Iskandar salah satu penggiat Cagar Budaya mengaku prihatin karena sudah banyak orang yang melupakan sejarah, termasuk sejarah panjang Kota Bogor.
"Makanya saya berharap kepada Wali Kota Bogor mendatang agar dibuatkan buku atau dokumentasi digital tentang sejarah Bogor dan tokoh tokoh Bogor sehingga warga Bogor tidak akan kehilangan sejarahnya, " harap Rachmat yang juga penulis rubrik Ruang Cinta Pusaks Kobra Post Online
Harapan lainnya disampaikan Ketua Paguyuban Masyarakat Mandiri Bogor (PMMB) Suma Wjaya yang menyampaikan usulan secara tertulis kepadaCalon Wali Kota Bogor Dedie A Rachim tentang keinginan dibangunnya fasilitas umum yang memadai di wilayah Sukasari.
Diskusi publik Pitulasan #4 semakin menarik ketika sebuah pentas Performance Art Jangkar Jiwa: Suara Rakyat, Amanat Keramat berkeliling Kanpung untuk menyerap aspirasi masyarakat terkait keinginan dan harapan masyarakat Sukasari terhadap Wali Kota Bogor mendatang
Pentas diperankan seniman Heri Cokro dari Jangkar Jiwa, Lanang Kosasih dari KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) Bandung dan Tohir Kuli Kulo Ketua Trotoar Kreatiif yang juga Ketua KPJ Merdeka Kota Bogor. (Ii/Nan)