Kebun Raya Bogor Disorot: Antara Fungsi VS Komersilisasi – Glow Projek - Dinamika News
News Update
Loading...

10/07/21

Kebun Raya Bogor Disorot: Antara Fungsi VS Komersilisasi – Glow Projek

Oleh Iwan Kustiawan.

Kebun Raya secara umum memiliki 5 fungsi yakni :
1.Konservasi, biodiversity 2.Penelitian 3.Pendidikan 4.Jasa lingkungan  5.Wisata. Kebun Raya Bogor ("KRB")  menjadi sangat spesifik/khas karena keberadaannya yang terletak di jantung kota Bogor.  Selain ke 5 fungsi di atas, KRB menjadi (6). landmark atau penanda Kota Bogor sekaligus menjadi semacam (7.) paru-paru bagi warga kota Bogor, selain juga (8.) nilai estetika dan (9.) nilai sejarah yang dikandungnya, termasuk keberadaan situs makam2 kuno serta keberadaan Istana Kepresidenan di dalam area KRB.

Pengelolaan dan pemeliharaan KRB selama ini dilakukan oelh LIPI/BRIN. Mengelola sebuah area luas dengan berbagai asset tanaman maupun situs yang terdapat di dalamnya tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit.  

Dengan sekurang-kurangnya 9 (sembilan) fungsi yang dimiliki KRB tersebut di atas, sangat wajar jika KRB juga "dikomersialkan" agar biaya pemeliharaan tidak lagi membebani APBN atau APBD.

Sebagai Lembaga Penelitian, wajar jika fungsi KRB lebih difokuskan kepada kepentingan penelitian. Sisi wisata, apalagi komersial pengelolaan kemungkinan menjadi luput padahal pemeliharaan tentu memerlukan dana yang tidak sedikit.  Jalan tengahnya adalah menggandeng pihak swasta.  

Namun sebelum menggandeng pihak swasta, tentunya harus melalui kajian yang menyeluruh dan dilakukan oleh pihak yang benar2 independen dengan melibatkan seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) agar fungsi-fungsi KRB tidak lantas terkalahkan oleh aspek komersial semata.
 
Selain LIPI, Pemda dan mungkin juga SEKNEG (keberadaaan Istana Kepresidenan), terdapat pihak2 pemerhati dan pencinta KRB, baik berupa Yayasan/organisasi maupun komunitas-komunitas lainnya seperti Yayasan Kebun Raya, Mitra Kebun Raya, komunitas olahraga, budayawan, pelajar-mahasiswa dan tentunya warga Bogor umumnya yang seharusnya dilibatkan dalam proses "komersialisasi" KRB. 

Penunjukan/penetapan salah satu perusahaan sebagai mitra yang menjadi partner serta (yang terpenting!) rencana kerja/kegiatan yang akan dijalankan selayaknya disampaikan dan dibahas dengan seluruh stakeholder terlebih dahulu sebelum pengelolaan diserahkan dan/atau sebuah kegiatan komersial dieksekusi  di  KRB.

Sampai saat ini, belum ada informasi resmi yang jelas kepada warga masyarakat dan publik mengenai apa saja yang dibangun? apa saja dan di mana saja bagian KRB yang pengelolaannya diberikan kepihak pihak swasta? Juga bagaimana pengaturan serta pengawasannya?  Transparansi diperlukan agar tidak menimbulkan "kehebohan".

Sebagian warga yang sering berkunjung secara sekilas hanya melihat adanya beberapa bagian KRB yang ditutuo dan diberi penanda adanya "renovasi" serta signage "GLOW"(beberapa akses masih ditutup pagar non permanen) dan adanya lampu2 laser yang menyoroti beberapa bagian (akar dan batang) – bahkan di hari Sabtu pagi tanggal 2 Oktober 2021.

Sekitar jam 10 pagi) sebagian lampu2 masih menyala sehingga membuat batang bagian bawah dan banir pohon tampak berwarna kebiruan dan kemerahan tergantung warna lampu yang digunakan. Hal itu tak sesuai dengan pemberitaan bahwa lampu laser hanya menyala selama 4 jam di malam hari Jumat – Sabtu.  

Belum ada informasi resmi dari BRIN/LIPI apakah  penggunaan lampu laser tersebut telah melalui serangkaian penelitian atau tidak sehingga tidak akan mengganggu tanaman dan satwa yang ada di sekitar KRB.  Yang jelas, berdasarkan beberapa jurnal penelitian, sorotan sinar laser pada tingkat dan intensitas tertentu dapat mengganggu metabolisme juga proses fotosintesis tumbuhan, dapat mengakibatkan perubahan DNA tumbuhan(dan makhluk hidup) sehingga berpotensi mengganggu proses fisiologinya.  

Pada kadar tertentu, sinar tersebut dapat mengakibatkan kematian pada akar.  Ini baru pada tanaman, belum lagi efek domino pada makhluk hidup lain yang bergantung pada kebun raya; burung2 yang hidup dan/atau sekedar mencari makan, kelelawar, musang dan hewan lain, juga serangga dan tentunya manusia. ***

Penulis adalah Warga Kota Bogor Pecinta Jln Pagi KRB

Share with your friends

Give us your opinion
Notification
Aktifkan loncengnya jika ingin update artikel di web ini.
Done