| Forum Kabuyutan Pakwan Pajajaran (FKPP) mengadakan pertemuan dengan Anggota DPRD Kota Bogor Komisi I, Kamis (13/11/2025). |
BOGOR, dinamikanews.id — Penolakan terhadap rencana pembangunan trase jalur alternatif di kawasan Cagar Budaya Batu Tulis, Kota Bogor, semakin meluas. Para budayawan yang tergabung dalam Forum Kabuyutan Pakwan Pajajaran (FKPP) menyatakan sikap tegas menolak proyek tersebut karena dinilai akan merusak situs bersejarah peninggalan Kerajaan Pajajaran.
Sekretaris FKPP, Gugum Gumelar, menegaskan bahwa kawasan Batu Tulis telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya sejak tahun 2009, dan hasil penelitian tahun 2013 semakin memperkuat status tersebut. Menurutnya, wilayah mulai dari Bank Mandiri, Sumur Tujuh, hingga Makam Batu Tulis merupakan satu kesatuan kawasan sakral peninggalan Pakuan Pajajaran, pusat peradaban Sunda di masa lampau.
"Kami tidak takut ketika membela warisan karuhun. Kalau bukan kami yang menjaga, siapa lagi? Tanpa leluhur kami, tidak akan ada generasi hari ini," ujar Gugum dalam pertemuan bersama Anggota DPRD Kota Bogor Komisi I, Hj. Hakana, Kamis (13/11/2025).
Gugum juga menyampaikan kekecewaannya terhadap lemahnya perhatian dan kepedulian terhadap sejarah serta budaya Sunda di Kota Bogor.
"Di mana rasa nasionalisme dan cinta kepada karuhun? Kami menangis dan marah karena rasa itu seolah hilang," ujarnya dengan nada emosional.
Menurutnya, kini ada lebih dari 110 organisasi budaya di Jawa Barat yang menyatakan siap bergabung dalam gerakan menolak proyek tersebut. Mereka juga mengaku telah menjalin komunikasi dengan komunitas budaya dari berbagai daerah untuk memperkuat dukungan.
"Kalau Pemerintah Kota Bogor tidak membatalkan rencana pembangunan jalan itu, berarti akan berhadapan dengan kami. Kami siap bertahan, bahkan mati demi warisan leluhur," tegasnya saat aksi di depan Gedung DPRD Kota Bogor.
Para budayawan menilai bahwa pembangunan jalan di kawasan Batu Tulis bukan hanya akan merusak nilai sejarah dan spiritual kawasan, tetapi juga menghilangkan simbol identitas Kota Bogor yang erat dengan sejarah Kerajaan Pajajaran.
"Kami tidak takut kepada siapa pun. Kami hanya takut kepada Allah. Jangan coba-coba merusak jalur warisan Pajajaran," tegas Gugum.
Sementara itu, Ketua FKPP Luthfi Suyudi menuturkan bahwa dalam waktu dekat pihaknya akan menghadirkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Jawa Barat untuk melakukan penelitian ulang di kawasan Batu Tulis.
"Langkah ini penting agar ada dasar ilmiah terbaru dan data resmi terkait status kawasan yang sebenarnya," kata Luthfi saat ditemui di GOR Pajajaran, usai memimpin aksi di Gedung DPRD Kota Bogor.
Dengan semakin menguatnya gelombang penolakan ini, FKPP berharap Pemerintah Kota Bogor dapat meninjau kembali rencana pembangunan tersebut dengan mempertimbangkan nilai sejarah, budaya, dan spiritualitas masyarakat Sunda.
Bagi mereka, Batu Tulis bukan sekadar situs kuno, melainkan jejak identitas dan kebanggaan leluhur yang harus dijaga untuk generasi mendatang. (Gan/Nan)

