UPT Pengelolaan Sampah Wilayah 1 Cibinong Siap Kawal Program Zero Waste, Sampah Styrofoam Jadi Masalah - Dinamika News
News Update
Loading...

8/13/25

UPT Pengelolaan Sampah Wilayah 1 Cibinong Siap Kawal Program Zero Waste, Sampah Styrofoam Jadi Masalah

Maman, Petugas Tata Usaha (TU) UPT Pengelolaan Sampah Wilayah 1 Cibinong.

BOGOR, dinamikanews.id – Upaya Kabupaten Bogor menuju predikat kota bersih dan berkelanjutan mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Maman, Petugas Tata Usaha (TU) UPT Pengelolaan Sampah Wilayah 1 Cibinong, yang menegaskan komitmennya membantu program Bupati Bogor dalam mewujudkan zero waste sekaligus meraih penghargaan bergengsi Adipura.

Dalam aktivitas pengelolaan harian, UPT Pengelolaan Sampah Wilayah 1 Cibinong menangani sekitar 90 armada truk sampah, masing-masing berkapasitas 7 kubik, sehingga total sampah yang diangkut mencapai 630 kubik per hari. Dari jumlah tersebut, pihaknya menargetkan 300 kubik per hari dapat terurai, khususnya untuk sampah organik.

"Kami fokus mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA dengan memperbesar porsi sampah organik yang bisa diolah. Ini menjadi salah satu strategi penting untuk mencapai target zero waste," ujar Maman di Cibinong, Rabu (13/8/2025).

Selain mengoptimalkan pengolahan, UPT berencana menutup beberapa TPS (Tempat Penampungan Sementara) yang berada di jalur utama, seperti di Jalan Raya Bogor, demi menata lingkungan agar lebih rapi dan meminimalkan potensi penumpukan sampah liar.

Namun, tantangan besar tetap ada. Salah satunya adalah limbah styrofoam (stropom) yang sulit terurai dan sering mencemari aliran sungai. 

"Styrofoam menjadi masalah yang cukup serius, terutama di kali-kali. Butuh penanganan khusus dan peran aktif masyarakat untuk mengurangi penggunaannya," tambahnya.

Meski demikian, Maman mengapresiasi meningkatnya kesadaran warga dalam mengelola sampah. Edukasi yang gencar dilakukan Pemkab Bogor bersama perangkat daerah mulai membuahkan hasil. Banyak masyarakat kini memilah sampah organik dan anorganik sejak dari rumah, serta mulai mengurangi penggunaan bahan sekali pakai.

Pegiat lingkungan hidup dan Ketua KSM Mitra Ruhay, R. Mursid

Pegiat lingkungan hidup R. Mursid,  menegaskan bahwa limbah styrofoam merupakan salah satu penyumbang terbesar pencemaran lingkungan karena sifatnya yang sulit terurai secara alami.

Menurut Mursid, masalah ini menjadi lebih parah ketika limbah styrofoam dibuang sembarangan, terutama ke aliran sungai. Selain mencemari air, tumpukan styrofoam dapat menghambat aliran sungai sehingga berpotensi memicu banjir.

"Upaya untuk mencegah adalah dengan mengurangi penggunaan produk yang memakai styrofoam," ujar Mursid yang juga menjabat Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Mitra Ruhay, Rabu (13/8/2025).

Namun, Mursid menekankan bahwa limbah styrofoam tidak sepenuhnya tak berguna. Jika dikelola dengan tepat, styrofoam justru dapat didaur ulang menjadi berbagai produk kerajinan bernilai ekonomi, seperti pot tanaman, bingkai foto, hingga beragam souvenir kreatif lainnya.

KSM Mitra Ruhay sendiri telah membuktikan hal itu. Kelompok ini rutin mengolah limbah styrofoam menjadi produk-produk kerajinan tangan yang dijual di pasaran, sehingga selain membantu mengurangi pencemaran, juga menambah penghasilan warga yang terlibat.

Mursid berharap Pemerintah Kabupaten Bogor, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), dapat lebih aktif melakukan sosialisasi serta pelatihan pengelolaan sampah styrofoam. Dengan pendekatan edukasi dan pemberdayaan masyarakat, Mursid yakin masalah limbah ini dapat ditekan secara signifikan.

"Kalau warga sudah paham cara mengelola styrofoam, masalah pencemaran bisa dikurangi dan peluang ekonomi dari daur ulang juga semakin besar," pungkasnya. (Nan)

Share with your friends

Give us your opinion
Notification
Aktifkan loncengnya jika ingin update artikel di web ini.
Done