|
Dalam beberapa kasus studi literatur, kondisi saat ini menunjukkan bahwa dalam mendefinisikan perspektif yang efektif terhadap kepemimpinan di zaman sekarang memiliki sebuah perbedaan dalam pemikiran dan perilaku yang memiliki suatu celah atau Gap. Dalam hal ini menyebutkan bahwa di dalam sebuah studi menyatakan bahwa dengan adanya perbedaan zaman di dalam beberapa generasi saat ini, Menimbulkan beberapa perselisihan dalam segi akses teknologi, Pendidikan dan pandangan terhadap dunia.
Pengertian Gen Z
Generasi Z atau singkatan dari Zoomers, adalah orang-orang yang terlahir di zaman kelahiran pada tahun 1996 hingga 2010. Mereka tumbuh dan tinggal di zaman teknologi modern yang sangat canggih mengalami perubahan secara signifikan dari tahun ke tahun yang menyebabkan generasi Z lebih mengacu pada teknologi-teknologi masa kini dan tidak jarang, banyak dari generasi Z sangat bergantung pada kehidupan sosial mereka. Pola pikir generasi Z yang bergantung pada ponsel pintar atau smartphone membuat sebagian dari mereka menjadi kecanduan akan gadget yang berdampak pada kebiasaan dan perilaku gen Z. Namun, Disamping itu kemampuan adaptasi yang tinggi membuat mereka terbuka akan teknologi dan dapat menguasainya dengan mudah.
Untuk memaksimalkan generasi ini, yang hidup di era globalisasi dan dapat terkoneksi 24 jam melalui jaringan internet, sehingga mereka secara alami mahir dalam teknologi. Media sosial merupakan tempat mereka berinteraksi meskipun ada yang bilang generasi ini cenderung narsis namun dibalik sifat tersebut mereka sangat flexible, creative dan open minded. Untuk mengelola generasi milenial ini dibutuhkan manajemen dan kepemimpinan gaya baru yang mampu mengerakan generasi ini menjadi agen perubahan yang penuh harapan. (www.djkn.kemenkeu.go.id/)
Data Statistik Angka Kelahiran dan Karakteristik Gen Z
berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, Gen Z mendominasi populasi Indonesia dengan 27,94 persen (sekitar 74,93 juta jiwa). Data di atas menunjukkan bahwa Generasi Z (usia 12-27 tahun) dan milenial (usia 28-43 tahun).
Karakteristik generasi Z atau Gen Z memiliki beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa mereka adalah anak-anak dari era tersebut. Karakteristik yang paling terlihat dari generasi Z antara lain:
- Terbiasa dengan teknologi Komunikasi di dunia maya
- Lebih toleran
- Mengumbar privasi
- Mandiri
- Ambisius
- Memprioritaskan finansial
- Orangtua dari generasi X (Dikutip dari Kompas.com)
Perbedaan Cara Dalam Memimpin
Adanya perbedaan tahun kelahiran antara tahun-tahun sebelumnya menjadikan perbedaan pola pikir dan perilaku serta cara mengartikan sebuah kepemimpinan, dalam media maupun nonmedia yang meliputi cara bertindak dalam memimpin suatu kelompok organisasi. Cara mereka berkomunikasi, bekerja, mengatur sistematika yang rumit dengan berbagai kondisi yang menyulitkan mereka. Penanganan serta pemecahan masalah dalam perbedaan tahun generasi menciptakan perbedaan yang kontras diantara keduanya.
Generasi Z Ketika memimpin cenderung menyukai bekerja secara kelompok atau secara bersama-sama yang mengandalkan Kerjasama, mereka cenderung untuk memanfaatkan pemikiran-pemikiran yang masuk dan terbuka pada saran-saran yang dapat membantu mereka mengembangkan kelompok mereka, dan mereka juga menyukai suasana kerja yang kondusif, inklusif dan suportif
Kelebihan serta Kekurangan
Dalam hal ini Gen Z memiliki beberapa kelebihan yaitu dalam beberapa hal yaitu:
1. Pengetahuan yang luas karena mudahnya akses informasi.
Kemampuan intelektual Gen Z saat mencerna dan mencari informasi berpacu kepada hal yang dapat memberikan dirinya informasi yang berguna yang bisa menunjang masa depannya.
2.Terbuka terhadap perkembangan yang ada.
Selain kemampuan intelijen terhadap berbagai informasi, gen Z memiliki kemampuan beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan sekitarnya dan berpikiran luas terhadap sesuatu yang asing baginya dan dapat merubahnya menjadi sesuatu yang menguntungkan baginya.
3. Mempunyai motivasi yang tinggi.
Keinginan serta tujuan orang dapat berbeda-beda sesuai dengan kepribadian dan pribadi masing-masing, Motivasi untuk terus berusaha lebih keras daripada yang lain menjadi sebagian dari Gen Z memiliki kemampuan untuk terus maju tanpa halangan.
4. Cenderung toleran karena lebih terbuka terhadap sesuatu.
Tolak ukur toleransi seorang Gen Z memiliki perbedaan karena pandangan yang luas terhadap dunia dan segala sesuatu hal yang menantang baginya dapat memberikannya peluang untuk terus melangkahkan diri pada peningkatan diri agar semakin dekat dengan tujuannya.
5. Mampu melakukan berbagai aktivitas dalam satu waktu atau multitasking.
Ahli dalam satu bidang kemampuan tidak menjadikan Gen Z berpuas diri melainkan tertantang untuk membaginya beberapa bagian dan mengerjakannya dalam satu waktu. Kemampuan bekerja berbagai pekerjaan dalam satu waktu atau multitasking adalah suatu kelebihan bagi Gen Z. Karena canggihnya teknologi Handphone dalam keseharian mereka, mereka cenderung untuk bekerja multitasking secara mandiri ataupun dengan bantuan teknologi.
6. Tidak cepat berpuas diri.
Menyelesaikan satu masalah tidak membuat Gen Z berpuas diri lebih cepat karena motivasi jangka panjang dan tujuan yang lebih besar tidak menjadikan mereka cukup akan hal tersebut melainkan menjadi ambisius untuk menyelesaikan tugas apa yang harus dikerjakan kedepannya.
7. Mempunyai keinginan untuk terus berkembang
Kemampuan dalam membangkitkan hasrat dari dalam diri yang membuat mereka terus berkeinginan untuk terus berkembang dan terus belajar dari kesalahan untuk bisa diperbaiki di masa depan. Keinginan dan hasrat untuk terus berkembang di dalam diri Gen Z menjadikan mereka berapi-api untuk bisa mencapai tahap selanjutnya dalam pengembangan diri Gen Z
Sesuatu kelebihan pastinya memiliki beberapa kekurangan juga pastinya, dan adapun kekurangannya adalah sebagai berikut :
1. Cenderung individualistis dan egosentris.
Ada beberapa kelemahan terbesar Gen Z yaitu masih memikirkan ego mereka Dalam kehidupan sehari-hari mereka dan cenderung bersifat individual terhadap keseharian yang mereka lakukan. Kurang peka terhadap situasi yang bersifat di luar hal-hal yang bersangkutan dengan diri mereka.
2. Tidak fokus terhadap satu hal.
Kekurangan dari multitasking adalah tidak focus terhadap satu hal yang mengesampingkan pada apa yang lebih diprioritaskan karena bercampur dengan hal yang kurang prioritas. Dan kebiasaan para Gen Z yaitu terlalu focus pada notifikasi yang tidak terlalu penting yang menyebabkan mereka terus-menerus memeriksa Handphone mereka.
3. Kurang menghargai proses atau lebih tertarik kepada sesuatu yang instan.
Sifat instan yang mendarah daging bagi Gen Z dapat menimbulkan sifat kurang menghargai proses atau ingin cepat selesai yang menjadi suatu kekurang bagi Gen Z, sesuatu yang instan atau cepat selesai karena tidak dipikirkan secara matang dapat menimbulkan kesalahan dalam berproses.
4. Lebih memprioritaskan Uang.
Setiap segala sesuatu membutuhkan uang, dan Gen Z terkadang hanya tertarik pada apapun yang menghasilkan uang dan cenderung tidak menghiraukan pada sesuatu yang tidak menghasilkan apapun. Alhasil, mereka hanya mementingkan uang saja.
5. Emosi yang cenderung labil
Kondisi tidak stabil atau kondisi labil yang dimana kebanyakan dialami oleh para remaja saat pubertas, terkadang Gen Z lebih mementingkan apa yang ia inginkan dalam kehidupan sehari-hari mereka daripada mementingkan apa yang penting bagi mereka. Lantaran para Gen Z yang di tahun ini mengalami masa pubertas dan masa remaja dan sebagian mereka kurang memilki pengalaman yang cukup untuk mengatasi masalah yang menyebabkan mereka dalam kondisi tidak stabil dan labil.
6. Terlalu bergantung kepada teknologi. Sehingga kesulitan Ketika dihadapkan dengan hal-hal yang konvensional.
Kebergantungan para Gen Z terhadap Gadget yang menjadi titik dari setiap permasalahan yang ada di Indonesia, apalagi perilaku buruk yang diciptakan oleh gadget menyebabkan pola pikir anak muda Gen Z saat ini terganggu oleh radiasi buruk Handphone menyebabkan kerusakan otak pada manusia. Kemampuan kinerja otak berkurang karena terlalu lama memandang Handphone.
Pengertian Gen Alpha
Generasi Alpha adalah generasi yang lahir antara tahun 2010 dan 2024. Mereka merupakan generasi pertama yang tumbuh di era digital dan terpapar teknologi sejak dini. Semakin berkembangnya perubahan dari berbagai bidang semenjak tahun 2012 seterusnya, generasi yang sedari kecil sudah termakan oleh kecanduan gawai atau Handphone dikarenakan melihat kebiasaan orang tua mereka yang kebanyakan saat ini sudah memiliki gawai atau Handphone. Kebiasaan ini yag terus menciptakan habit atau kebiasaan yang mengikuti gaya hidup dari orang tua mereka. Tak jarang dari mereka memiliki kemampuan belajar yang unik dalam segi materi pemahaman dan pemecahan masalah yang jarang orang lain pernah pikirkan. Kemampuan unik dari Gen Alpha sendiri memiliki rata-rata sekitar 2 dari 10 anak yang benar-benar sadar bahwa keberadaan gadget atau Handphone tidak memiliki fungsi sebagai penunjang hidup. Sebaliknya, kebanyakan dari mereka menganggap bahwa Handphone itu sangat diperlukan bagi keseharian mereka.
Data Statistik Angka Kelahiran dan Karakteristik
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 sekitar 10,88% Generasi Alpha atau Post Gen Z dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia, yaitu orang-orang yang lahir dari tahun 2013 dan seterusnya.
"Generasi Alpha di Indonesia adalah orang-orang yang lahir mulai tahun 2013 dan seterusnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia pada Sensus Penduduk 2020 berjumlah 10,88℅ dari keseluruhan penduduk Indonesia. Hal ini memungkinkan adanya perbedaan di setiap wilayah atau negara atas pengklasifikasian rentang tahun lahir pada generasi ini, salah satu yang menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah perkembangan teknologi di setiap negara atau wilayah yang tidak sama, yang akan berpengaruh terhadap pola hidup, mindset, pengalaman, psikologi, dan lain sebagainya pada setiap generasi.
Mengambil nama dari huruf pertama dalam abjad Yunani, mereka adalah orang-orang yang lahir sepanjang abad ke-21. Kebanyakan anggota Generasi Alfa adalah anak dari Milenial dan cucu dari baby boomers.
Karakteristik generasi Alpha memiliki beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa mereka adalah anak-anak dari era tersebut. Karakteristik yang paling terlihat dari generasi Alpha antara lain:
- Penuh dengan teknologi
- Cepat Beadaptasi
- Multitasking
- Bergantung kepada teknologi
- Berfokus pada pembelajaran interaktif dan visual
- Pemikir kritis dan Inovatif
- Peka terhadap kesehatan mental dan emosional.
Perbedaan Cara Dalam Memimpin
Adanya perbedaan tahun kelahiran antara tahun-tahun sebelumnya menjadikan perbedaan pola pikir dan perilaku serta cara mengartikan sebuah kepemimpinan, dalam media maupun nonmedia yang meliputi cara bertindak dalam memimpin suatu kelompok organisasi. Cara mereka berkomunikasi, bekerja, mengatur sistematika yang rumit dengan berbagai kondisi yang menyulitkan mereka. Penanganan serta pemecahan masalah dalam perbedaan tahun generasi menciptakan perbedaan yang kontras diantara keduanya.
Generasi Alpha adalah generasi yang mengandalkan kepada diri mereka sendiri dalam bekerja atau melakukan tugas-tugas kelompok yang mengharuskan mereka untuk bekerja sama secara inklusif, Gen Alpha cenderung lebih pragmatis dan condong terhadap hasil daripada proses yang dialami, keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang instan dan mudah didapat.
Meskipun mereka masih menganndalkan nilai-nilai kolaborasi atau memecahkan Solusi dengan berunding, mereka lebih terbuka terhadap masukan-masukan atau Solusi berbasis teknologi, mereka mungkin mengandalkan seorang pemimpin yang dapat memnafaatkan teknologi digital dengan baik untuk meningkatkan kinerja kelompok.
Kelebihan serta Kekurangan
Adanya perbedaan tahun kelahiran antara tahun-tahun sebelumnya menjadikan perbedaan pola pikir dan perilaku serta cara mengartikan arti sebuah kepemimpinan. Dengan Pola pikir dan kinerja yang berbeda-beda menciptakan kelebihan serta kelebihan yang ada, antara lain :
1. Kemampuan Adaptasi lebih cepat.
Gen Alpha memiliki kemampuan adaptasi yang bisa dibilang cepat. Dalam hal teknologi Gen Alpha memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh Gen Z; yakni, hidup "bersama" teknologi. Kemampuan beradaptasi Pada suatu lingkungan sosial yang menjadikanbeberapa alat teknologi modern terbaru sbagai kebiasaan mereka. Kecerdasan dan cepat tanggap dalam merespons dan menerima situasi yang baru.
2. Berpikir secara Inovatif dan Kritis.
Gen Alpha memiliki pola pikir Inovatif, dengan pendekatan berbasis teknologi yang lebih maju. Dengan kemajuan teknologi masa kin, Apalagi ditambah dengan peramban AI yag dapat membantu kebutuhan sehari-hari manusia yang memerlukan hasil yang cepat dan akurat. Kritis serta Inovatif yang menjadikan Gen Alpha memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
3. Fokus dalam hal jangka Panjang
Gen Alpha berorientasi pada hasil jangka Panjang yang menurut mereka lebih menguntungkan dibanding hasil yang Gen Z anggap nyata. Biasanya berbasis pada perkembangan teknologi. Maka dari itu, tak jarang kebanyakan anak muda di zaman sekarang memiliki tujuan Panjang sebagai perilaku untuk membantu keseharian mereka dalam aplikasi yang nyata. Keterampilan dalam satu bidang namun memilki jangka Panjang yang teliti dan matang lebih baik daripada keterampilan dalam beberapa bidang namun tidak memilki jangka yang cukup Panjang dan kurang teliti.
4. Keunggulan dalam pengambilan Keputusan dan Resiko
Gen Alpha lebih terbuka terhadap Solusi–Solusi baru yang mereka dapatkan, tidak takut untuk mencoba hal – hal yang baru menurut mereka tidak mudah dalam segi pengaplikasian atau merespons beberapa masalah yang beresiko, Keputusan yang menciptakan peluang bagi mereka akan mereka gunakan sebagai pembelajaran sebagai kedepannya untuk leih berhati-hati dalam menyelesaikan masalah. Pengambilan Keputusan yang cerdas dan cepat membutuhan konsentrasi berpikir jangka Panjang yang membutuhkan usaha.
5. Ketergantungan yang tinggi terhadap teknologi
Kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan-perubahan teknologi terbaru membantu mereka di dalam pekerjaan sehari-hari mereka. Namun disamping itu, ketergantungan yang berlebihan terhadap Gadget atau Handphone yang menjadikan Gen Alpha seringkali lebih memanfaatkan pada apayang di kantong mereka, bukan apa yang di kepala mereka.
Gen Alpha dalam beberapa kasus studi menyebutkan bahwa sedikit-banyaknya anak-anak muda di zaman sekarang yang menjadikan Handphone sebagai acuan bagi generasi seterusnya, terus mengalami perubahan yang tidak stabil dan menyebabkan mereka kurang pasti pada apa yang mereka lakukan. Kekurangan Gen Alpha adalah :
1. Kemampuan analisis yang menurun akibat aktivitas berlebihan terhadap Handphone.
Berbagai kepentingan kini sering dikaitkan dengan Handphone atau komputer yang terkadang bisa melupakan kenyataan bahwa tidak setiap waktu gawai atau Handphone bisa dijadikan jalan keluar atas segala sesuatu. Meskipun, semenjak pandemi tahun 2020 kemarin, disaat para pelajar diharuskan untuk belajar dari rumah dengan sistem kelas belajar mengajar menggunakan gawai. Seiring berjalannya waktu rata-rata pemakaian Handphone pada anak zaman Sekarang bisa mencapai 9 jam atau 8 jam perhari.
2. Gaya hidup manja dan terlalu dilebih-lebihkan atau lebay
Kebiasaan dari zaman dahulu sebelum ada gawai, menciptakan orang-orang yang cerdas karena gaya hidup mereka yang teratur dan disiplin pada jadwal keseharian mereka. Mereka berkomunikasi satu sama lain dengan tatap muka, bekerja, belajar tanpa menggunakan Handphone efektif dalam menciptakan orang-orang yang mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Namun, Zaman sekarang mulai memasuki era Dimana setiap segala sesuatu membutuhkan gawai atau Handphone. Gen Alpha yang sekarang mulai memasuki masa pubertas selalu bergantung kepada gawai, mulai dari bangun tidur, belajar, berkomunikasi, bekerja dalam sehari mereka selalu menempatkan Handphone mereka lebih awal dibandingkan dengan akal mereka dalam bekerja.
3. Kecanduan Gawai atau Handphone
Bahaya dari kecanduan Handphone sendiri memanglah sesuatu yang tidak terlihat jelas seperti sebuah ekstasi yang candu, namun perlahan gawai memancing penggunanya untuk terus menerus berhadapan dengan layar Handphone. Kecanduan gawai ini jika dibiarkan bisa merusak moralitas anak dan kecerdasan sosial yang seharusnya dikembangkan pada masa anak-anak hingga remaja, bukan terus menerus menatap layar Cahaya gadget. Akibat dari kecanduan terlebih dapat melemahkan kemampuan berpikir cepat, analisis yang tajam, pengambilan Keputusan yang tepat, pemecahan masalah yang efektif dan kemampuan bersosialisasi serta bertata krama yang baik.
4. Kebiasaan menonton tontonan yang kurang baik
Kebiasaan buruk yang mendampingi kecanduan gawai adalah konten-konten yang bermuatan dengan hal-hal yang kurang pantas ditonton oleh anak-anak seusia mereka. Ketertarikan mereka pada hal-hal yang kurang baik menjadi alasan kenapa moralitas di Indonesia sedikit demi sedikit berkurang. Kebiasaan untuk menonton hal yang kurang pantas dapat menimbulkan masalah kepercayaan diri anak dan dapat merusak kinerja otak imajinasi mereka disebabkan pengaruh buruk dari konten yang menyangkut akan hal yang berpengaruh pada moralitas dan kecerdasan anak. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya bimbingan dari orang tua yang seharusnya menjaga anak-anak mereka dari kebiasaan yang buruk.
5. Sering membantah kepada orang yang lebih dewasa.
Kebiasaan buruk yang diakibatkan oleh kecanduan gawai lainnya adalah masalah pada kinerja otak yang berfungsi sebagai pembeda hal yang baik dan yang buruk. Moralitas yang seharusnya menjadi bekal dasar seorang anak untuk bisa patuh pada orang tua mereka, terpengaruh oleh Cahaya radiasi dan konten-konten yang menjadikan kebiasaan membantah tersebut menjadi sesuatu yang sering terjadi, jika dibiarkan lebih lanjut maka kebiasaan itu akan menjadi sebuah sifat yang sulit diubah.
6. Kurang bersosialisasi
Di zaman ini komunikasi dan sosial semakin diperlukan, akibat dari kebiasaan para anak-anak yang lebih focus memerhatikan Handphone daripada memerhatikan dunia sekitar menjadi isu masalah yang lumayan penting. Karena itu, permasalahan utama dari anak zaman sekarang adalah kurangnya aktifitas sosial yang melibatkan perilaku lebih suka menyendiri atau individualitas. Maka dari itu, semakin kecil pemakaian Gawai atau Gadget pada anak semakin kecil juga kemungkinan mereka terkena dampak.
Kesimpulan
Kesimpulannya, perbedaan cara kepemimpinan antara Generasi Z dan Generasi Alpha tercermin dalam cara mereka bekerja, berinteraksi, dan mengatasi tantangan. Generasi Z, yang lahir antara 1996 hingga 2010, lebih mengutamakan kerja sama tim, keterbukaan terhadap masukan, dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan suportif. Mereka cenderung berfokus pada hasil jangka pendek dan lebih bergantung pada teknologi untuk mempermudah pekerjaan, meskipun ada kekurangan seperti kecenderungan individualistis dan kurangnya fokus pada satu hal.
Di sisi lain, Generasi Alpha, yang lahir mulai 2010, memiliki cara kepemimpinan yang lebih pragmatis dan terfokus pada hasil jangka panjang. Mereka lebih terbuka terhadap solusi berbasis teknologi dan cenderung lebih mandiri dalam pengambilan keputusan, meskipun ketergantungan mereka pada teknologi bisa menjadi kelemahan, seperti kecanduan gawai dan kurangnya keterampilan sosial. Generasi ini lebih mengutamakan hasil cepat dan efisien, namun dengan kemampuan berpikir kritis dan inovatif yang lebih tinggi.
Secara keseluruhan, perbedaan dalam cara kepemimpinan ini menunjukkan bahwa generasi yang lebih muda cenderung mengutamakan efisiensi dan hasil, sementara generasi yang lebih tua lebih menekankan kolaborasi dan proses. Dalam menghadapi perbedaan ini, dibutuhkan pemimpin yang mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan untuk mengoptimalkan potensi kedua generasi tersebut. (*)