-->

Tidak Jauh Dari Pusat Pemda Bogor, Kondisi Dua Anak Disabilitas Memprihatinkan

Dua anak penyandang disabilitas, Marwan Maulana (8) dan Enda Subandi (15), keberadaannya tidak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten Bogor, tengah berjuang di tengah keterbatasan.

Bogor, DINAMIKA NEWS -- Di balik optimisme program makanan bergizi gratis yang digulirkan Pemerintah Kabupaten Bogor, ada cerita memilukan dari Blok Monong, Desa Leuwinutug, Kecamatan Citeureup. Dua anak penyandang disabilitas, Marwan Maulana (8) dan Enda Subandi (15), keberadaannya tidak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten (Pemda) Bogor, tengah berjuang di tengah keterbatasan. Dengan kondisi fisik yang membutuhkan perhatian khusus, kedua anak ini masih menanti uluran tangan dari pemerintah maupun masyarakat.

Marwan Maulana adalah putra dari pasangan Mansur dan Eka Herawati yang lahir dengan kondisi normal. Namun, sejak usia 1 bulan, Marwan mengalami demam tinggi yang berujung pada keterlambatan pertumbuhan dan gangguan fisik. "Sempat dirawat di RSUD, tapi setelah pulang, kondisinya terus memburuk," ujar Eka, kepada awak media, 6 Januari 2024.

Eka berharap agar pemerintah tidak hanya mendata, tetapi juga memberikan bantuan konkret. "Kami butuh bantuan makanan bergizi, pempers, dan susu untuk Marwan. Kalau ada pihak lain yang mau membantu, kami sangat bersyukur," katanya penuh harap.  

Kisah Enda Subandi, Nyaris 15 Tahun Tanpa Bantuan

Enda Subandi, anak pertama dari pasangan Ayat dan Erna, juga menghadapi tantangan serupa. Selama 15 tahun, Enda tidak pernah menerima bantuan meskipun telah beberapa kali didata oleh pihak terkait. "Kami hanya berharap bantuan untuk memenuhi kebutuhan Enda, seperti pempers dan bubur," ungkap Erna.  

Peran Pemerintah Sangat Diharapkan 

Kondisi Marwan dan Enda mencerminkan tantangan dalam pelaksanaan program sosial di tingkat lokal. Meski ada upaya pemerintah seperti program makanan bergizi gratis, distribusi bantuan kepada kelompok rentan seperti penyandang disabilitas tampaknya masih kurang optimal.  
  
Kisah Marwan dan Enda menjadi pengingat bahwa di tengah keberhasilan program pemerintah, masih ada kelompok yang belum tersentuh. Dukungan dari masyarakat melalui gerakan solidaritas atau bantuan individu juga dapat menjadi solusi sementara.

Kisah nyata dua anak penyandang disabilitas di Desa Leuwinutug bukan sekadar cerita duka, tetapi juga panggilan bagi kita semua untuk lebih peduli. Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta, harapan keluarga Marwan dan Enda untuk kehidupan yang lebih layak bisa terwujud. Karena setiap anak, tanpa terkecuali, berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang sama. (*/Red)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel