Oleh: R. Ahmad Fahir
Wakil Ketua Dewan Adat Sunda Langgeng Wisesa (SLW)
Bogor kerap disebut sebagai gudangnya silat nasional. Dari tanah Pakuan Pajajaran inilah lahir dan berkembang berbagai aliran silat yang kini dikenal hingga mancanegara. Salah satunya adalah Cimande, sebuah aliran silat legendaris yang memiliki jejak panjang dalam sejarah bela diri Nusantara.
Sosok penting di balik penyebaran silat Cimande ke Bogor adalah Aki Khair. Beliau mengembangkan aliran ini antara tahun 1813 hingga 1825. Asal-usulnya dari daerah Mande, Cianjur, sehingga aliran yang dibawanya kemudian dinisbatkan dengan nama Cimande.
Pada masa mudanya, Aki Khair dikenal sebagai pengawal Dalem Wiratanudatar VI, R. Noh Wiranagara, yang menjabat Bupati Cianjur pada periode 1776–1813. Selain menjadi pengawal, Aki Khair juga mengajar silat di lingkungan pemerintahan Kabupaten Cianjur kala itu.
Selepas wafatnya Dalem Noh pada 1813, Aki Khair kemudian mengikuti R. Aria Natanagara, putra kedua Dalem Noh, yang kala itu diangkat menjadi Bupati Bogor. Di Pakuan Pajajaran, Aki Khair kembali dipercaya sebagai pengawal pribadi sang bupati.
Menariknya, Bupati R. Natanagara adalah ayah kandung Syekh Mukhtar Al-Bughuri, ulama besar asal Bogor yang pernah menjadi Guru Besar Masjidil Haram di Mekkah. Ia juga merupakan uwa (paman) dari R. Santri Wijaya Kusumah dari Desa Bojong, Kemang, Bogor.
Aki Khair wafat pada tahun 1825. Jejaknya sebagai pelestari dan penyebar silat Cimande tetap hidup hingga kini. Beliau dimakamkan di Gang Karet, Jalan Ahmad Yani, Tanahsareal, Kota Bogor.
Warisan Aki Khair menjadi bagian penting dari identitas Bogor sebagai pusat perkembangan silat, sekaligus pengingat bahwa seni bela diri tradisional adalah kekayaan budaya yang patut dijaga dan diwariskan lintas generasi. (**)